Jumat, 22 April 2016

Aspekja Survey Pasar Jabon ke Sumatra Utara

Rombongan ASPEKJA berkunjung ke Industri Pengolahan Veneer di Sumut
Rombongan Asosiasi Pengembang Kayu Jabon Aceh (ASPEKJA) melakukan kunjungan  kerja ke wilayah Pantai Timur Aceh dan Sumatra Utara dalam rangka Survey  pasar untuk persiapan pemasaran Kayu Jabon dari hasil budidaya para anggota Aspekja maupun non anggota yang tersebar diseluruh wilayah Aceh, kegiatan tersebut termasuk dalam salah satu Program yang disponsori oleh Multistakeholder Forestry Programe (MFP) yaitu salah satu lembaga non pemerintah yang fokus untuk mendukung pengembangan industri kehutanan berbasis komunitas, antara lain dukungan peningkatan kapasitas untuk pemangku kepentingan terkait SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu), peningkatan kesadaran publik terkait V-Legal dan SVLK. 

Kunjungan dilaksanakan selama tiga hari mulai tanggal 25– 27  Februari 2016, PT. Bukit Intan Abadi (BIA) merupakan salah satu Perusahaan yang bergerak dibidang Industri pengolahan Kayu Lapis dan Block Board yang berlokasi di Kawasan Industri Medan (KIM) adalah salah satu tempat yang dikunjungi, kunjungan berikutnya adalah ke Herwindo Jabon Sumatra, yaitu salah satu pusat pembibitan, penampungan dan pemasok kayu Jabon ke Industri-Industri yang berada di wilayah Sumatra Utara, dan sebelum kembali ke Aceh Tim berkesempatan mendatangi Industri Pengolahan Veneer (core untuk  kayu lapis) berbahan baku khusus kayu Jabon yang berlokasi di Kabupaten Aceh Tamiang, tetapi sangat disayangkan kegiatan produksinya dihentikan untuk sementara waktu karena hasil produksinya belum dapat dikirim ke Malaysia karena terkait dengan aturan export yang secara bisnis tidak menguntungkan, demikian disampaikan oleh ketua tim Zahirsyah Ormardy juga sebagai Sekjen Aspekja.

Disamping itu Wakil ketua Bidang Organisasi, Hubungan Luar dan Media Edi Mulyadi menyatakan bahwa, dari hasil kunjungan kerja tersebut, dapat disimpulkan bahwa, pasar kayu Jabon masih sangatlah Potensial khususnya untuk industri pengolahan kayu lapis baik di Regional maupun pasar Export, tetapi Aspekja harus berupaya menghadirkan Industri pengolahan di Aceh, minimal untuk pengolahan bahan setengah jadi dalam bentuk Veneer, karena secara Bisnis lebih menguntungkan dari pada mengirim kayu dalam bentuk log ke Medan maupun ke luar negeri, Edi juga menyampikan kepada Pengembang dan Petani Jabon di Aceh janganlah ragu dan panik, kemana akan dijual kayu Jabon pada saat panen nanti, kami dari Aspekja akan mengupayakan sekuat tenaga untuk membuka dan membangun jaringan ke seluruh penjuru agar Kayu Jabon hasil budidaya anggota Aspekja dan non anggota terpasarkan dengan harga yang wajar dan menguntungkan, maka oleh karena itu kami sangat berharap dukungan dari semua pihak agar Industri pengolahan kayu lapis kembali hadir di Aceh sebagaimana sebelumnya, karena bahan baku di wilayah Aceh sangatlah melimpah ruah, baik yang berasal dari hasil budidaya maupun dari hutan rakyat. Aspekja juga membuka kesempatan kepada para penanam kayu Jabon di Aceh untuk dapat bergabung menjadi anggota, hubungi kami pada nomor HP.  0812-6929-6590 atau datang langsung ke sekretariat Jln. Politeknik Aceh, Lamteh – Banda Aceh.

Dilema Pengembang Jabon Aceh

Kunjungan Rombongan ASPEKJA ke Kebun Jabon di Jawa Barat
Jabon adalah tanaman yang sangat mudah untuk di budidayakan tidak perlu ilmu dan pengalaman khusus seperti  tanaman kayu lainnya.  Dari hari-ke-hari para penanam Jabon di Aceh terus meningkat jumlahnya,  hal ini dapat dilihat banyaknya hamparan kebun-kebun Jabon di  sepanjang  jalan negara baik di lintas timur maupun Barat – Selatan, ditambah  lagi dengan Jabon yang tumbuh subur secara liar (Jabon hutan)  yang  jumlahnya juga sangat signifikan,  sebagian orang Aceh sudah memahami dan mengetahui bahwa Jabon merupakan Kayu yang sangat prospek dan ekonomis nilainya untuk dijual, karena Jabon merupakan salah satu bahan baku untuk pembuatan Plywoods (Kayu Lapis), serta digunakan  juga untuk keperluan pembuatan peralatan (mebel) rumah tangga  lainnya, kebutuhan akan bahan baku yang berbasis kayu Jabon sangatlah tinggi  seiring dengan tingginya permintaan Kayu Lapis, Blockbord, Longcore, Shortcore dan Veener baik untuk pasar Domestik maupun Internasional.


Wilayah Aceh sangatlah cocok untuk dibudidayakan Jabon dan masih banyak lahan-lahan kosong yang dapat digunakan untuk menanam Jabon, berbeda dengan di pulau Jawa, lahannya terbatas tapi petaninya banyak sedangkan di Aceh berbanding terbalik.  Para penanam/pengembang kayu Jabon di Aceh masih dari kalangan menengah ke atas yaitu kalangan akademisi,  karyawan perusahaan dan pengusaha-pengusaha lokal karena  mereka  cepat mendapat informasi melalui media sosial online dan sumber-sumber lain di Internet, sedangkan untuk para  kalangan  bawah (grassroots)  Jabon masih belum begitu booming, dan mereka  masih bingung kemana akan dijual hasil panen nantinya, pertanyaan-pertanyaan itulah yang perlu dicari jawaban segera, mengingat potensi Jabon ke depan sangatlah prospektif dan untuk 1 Hektar lahan dengan Jumlah 1000 batang pohon hanya menghabiskan biaya sekitar 8 Jutaan, berikut  perkiraan harga Jabon .

Pasar Kayu Jabon Aceh

Sumatra Utara merupakan salah satu pasar potensial untuk menjual kayu Jabon Aceh, hampir 80 % Kebutuhan Jabon untuk Industri Kayu Lapis  di Sumatra Utara  dipasok dari Aceh, tetapi yang selalu menjadi dilema bagi para penjual dan pemasok Jabon asal Aceh  adalah pada saat menjual hasil panen ke pabrik  di Medan tidak adanya standarisasi harga yang baku (fix)  juga beban biaya tranportasi relatif tinggi sehingga para pemasok Jabon dalam kondisi tidak menguntungkan,  belum lagi dengan alasan kayu yang sudah diterima di pabrik dinyatakan tidak sesuai spesifikasi (spek) , hal ini menjadi  salah satu alasan (justifikasi) untuk menolak kayu yang sudah tiba di pabrik,  jikapun diterima harganya tidak sesuai dengan kesepakatan dan harga pasar, sehingga para pemasok harus menjual Jabon dengan harga yang ditentukan sepihak oleh pembeli dengan pertimbangan tidak mungkin kayu-kayu tersebut dibawa kembali ke Aceh.

Prediksi Harga Jabon (sumber PT GMN)

Mid (Cm)
  Harga 2009
Harga 2016
Inflasi/Thn
30 - 39
Rp.    900,000,-
Rp.  1,550,000,-
10 %
40 - 49
Rp. 1,000,000,-
Rp.  1,750,000,-
10 %
Up > 50
Rp. 1,100,000,-
Rp.  1,900,000,-
10 %

Dibutuhkan Industri Pengolahan Kayu Lapis di Aceh.

Kebutuhan akan Kayu Lapis (Triplex)  dan Blockboard di Aceh sangatlah tinggi guna memenuhi kebutuhan proyek pembangunan di seluruh wilayah Aceh, dan hampir 100 % kebutuhan tersebut di Pasok dari Medan, sangatlah miris  jika bahan baku di Aceh melimpah lalu dibawa ke Medan untuk diolah menjadi bahan jadi dan dipasarkan kembali ke Aceh dengan  pertambahan nilai sangat ekonomis.

Untuk menjawab dan menemukan solusi terhadap permasalahan di atas, maka pendirian Industri pengolahan kayu lapis di Aceh adalah kebutuhan mendesak, mengingat Aceh memiliki sumber daya bahan baku yang sangatlah melimpah dan berkulitas. Peran pemerintah dan pengusaha sangatlah dibutuhkan untuk mewujudkan tersedianya Industri Pengolahan Kayu berbasis Jabon di Aceh, karena Investasi untuk sebuah Industri berskala menengah relatif terjangkau dan bukan barang mahal lagi, tinggal kebijakan dan Keseriusan Pemerintah Aceh mendorong pihak-pihak terkait mempermudah perizinan dan dokumen-dokumen terkait yang dibutuhkan untuk pendirian sebuah Industri kayu lapis, sehingga para penanam Jabon Aceh mudah mendapatkan akses pasar dan harga jual diperoleh secara maksimal sesuai dengan harga pasar (Zoe)

Kamis, 21 April 2016

ASPEKJA Dapat Bantuan Program dari Mfp

Tim ASPKEJA Berkunjung ke Kebun Jabon di Jawa Barat
Multi stakeholder  Forestry Program (mfp) memberi bantuan dalam bentuk program peningkatan kapasitas Organisasi kepada Asosiasi Pengembang Kayu Jabon Aceh (ASPEKJA), beberapa kegiatan program telah dilaksanakan, seperti Study Banding pengurus ASPEKJA ke beberapa Industri pengolahan Kayu Lapis di Pulau Jawa diantaranya Industri Plywood dan Blockboard  Abioso di Boyolali, kunjungan ke Perkebunan Jabon Binaan PT BUMN HIJAU LESTARI yang berlokasi di  Desa Mangun Jaya Kecamatan Arjasari  Jawa Barat, dan melihat langsung pengrajin handicraft berbasis bahan baku dari Kayu Jabon ke beberapa tempat di Yogjakarta.

Kunjungan ke Kantor PT. BUMN Hijau Lestari di Buah Batu Bandung pada tanggal 24 November 2015, Tim ASPEKJA mendengar dan berdiskusi langsung dengan manajemen Hijau Lestari terkait dengan pengelolaan Kelompok tani, khususnya Kelompok Petani Jabon yang mereka bina di bawah Program BUMN Peduli Penghijauan, Rombongan ASPEKJA diberi kesempatan untuk mengunjungi salah satu kebun yang luasnya 99 Ha, tampak puluhan ribu tegakan pohon Jabon yang sudah siap panen, dibawah pohon Jabon mereka juga tanam pohon Kopi dan Jase sebagai tanaman tumpang sari, banyak informasi dan pengelaman yang disampaikan oleh ketua kelompok terkait dengan budidaya Jabon, dari pembibitan, pemupukan, perawatan dan pemanenan serta pemasaran Jabon pada saat panen tiba dan juga bagaimana sistem pembagian hasil dengan anggota kelompok.

Berikutnya berkunjung ke Industri Pengolahan Kayu Lapis (Plywood) ABIOSO yang berlokasi di Boyolali, industri tersebut selain memproduksi playwood juga beberapa produk lainnya seperti Blockboard, Barecore, Shortcore dan Longcore, bahan baku yang digunakan adalah Jabon dan Saingon yang dipasok dari sekitar wilayah Boyolali dan dari Petani Binaan Perusahaan, harga kayu yang dibeli sesuai dengan harga pasar sehingga tidak merugikan petani. Rombongan diizinkan masuk dan melihat langsung ke Pabrik pengolahan kayu yang didampingi oleh pimpinan sekaligus pemilik Industri ABIOSO, proses yang dilakukan, mulai pengupasan, pembuatan veneer, pemotongan, pengeringan sampai ke pengeleman dan dipress  sehingga menjadi kayu lapis. Ini adalah pengalaman  sangat berharga kerena ASPEKJA ke depan akan mempersiapkan langkah-langkah untuk menghadirkan sebuah Industri pengolahan kayu lapis di Aceh.

Zahirsyah Oemardy sebagai ketua Rombongan dan juga sebagai Sekjen ASPEKJA mengatakan, ASPEKJA adalah sebuah organisasi yang berbentuk Asosiasi beranggotakan para pengembang Jabon di Wilayah Aceh sangat berkeinginan dan berupaya untuk menghadirkan Industri pengolahan kayu lapis di Aceh, karena Aceh sangat berlimpah bahan baku seperti Jabon, Saingon dan kayu lunak lainnya, baik yang dibudidaya secara khusus oleh para petani maupun tumbuh liar di kebun-kebun rakyat.  Kunjungan Study banding ini sangatlah positif dan akan meningkatkan semangat bagi para pengembang kayu Jabon di Aceh, apa yang dilihat di sana, tidak ada yang tidak mungkin untuk dibangun di Aceh, apalagi kebutuhan akan kayu lapis di Aceh sangatlah tinggi untuk mendukung pembangunan Aceh. (Zoe)